INOVASI PEWARNA ALAMI: MEMANFAATKAN SERAT KELAPA MUDA SEBAGAI PEWARNA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK KAIN POLYCOTTON

Authors

DOI:

https://doi.org/10.35886/damoda.v6i2.1383

Keywords:

Kata Kunci: Sabut Kelapa, Pewarna Alami, Kain Campuran Katun dan  polyester

Abstract

Indonesia is one of the countries with diverse natural potential in the form of flora, which can be utilized by the community. Using natural potential as a natural dye is one of the efforts to utilize natural potential, one of which is the utilization of young coconut fiber waste. In this study, the author used a mixture of cotton and polyester fabrics as textile materials that will be used in the dyeing process. The types of fixators used are alum and tunjung. This study was conducted to determine the differences in color produced by two different types of fixators, as well as to determine the results of the color fastness test of the fabric to detergent, the staining test on white fabric, and to determine the results of the color fastness of the fabric to the heat of a dry iron. This study used a laboratory test method. Based on the results of the study on the alum fixator, the color produced is Pearl Bush (light brown: orange) and on the tunjung fixator, the color produced is Grey 60% (gray). Testing the color fastness of the fabric to detergent washing showed results at a good level (4) on the alum and tunjung fixers. The staining test on white fabric showed results at a very good level (5) for alum and tunjung fixers. The color fastness test on fabric to dry iron heat showed results at a good level (4-5) for alum and tunjung fixers.

Key words:  Coconut Fiber, Natural Dyes, Cotton and Polyester Mixed Fabrics

 

A B S T R A K

Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman potensi alam berupa flora, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Menggunakan potensi alam sebagai pewarna alami merupakan salah satu upaya dari pemanfaatan potensi alam, salah satunya ialah pemanfaatan limbah sabut kelapa muda. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kain campuran katun dan polyester sebagai bahan tekstil yang akan digunakan pada proses pencelupan. Adapun jenis fiksator yang digunakan ialah tawas dan tunjung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan warna yang dihasilkan oleh dua jenis fiksator yang berbeda, serta untuk mengetahui hasil dari uji tahan luntur warna kain terhadap detergen, uji penodaan terhadap kain putih, dan untuk mengetahui hasil dari ketahanan luntur warna kain terhadap panas setrika kering. Penelitian ini menggunakan metode uji laboratorium. Berdasarkan hasil penelitian pada fiksator tawas warna yang dihasilkan ialah warna Pearl Bush (coklat muda:oren) dan pada fiksator tunjung warna yang dihasilkan ialah warna Grey 60% (abu-abu). Pengujian ketahanan luntur warna kain terhadap pencucian detergen memperlihatkan hasil pada tingkatan baik (4) pada fixer tawas dan tunjung. Pengujian penodaan terhadap kain putih memperlihatkan hasil pada tingkatan baik sekali (5) pada fixer tawas dan tunjung. Pada Pengujian ketahanan luntur warna kain terhadap panas setrika kering memperlihatkan hasil pada tingkatan baik (4-5) pada fixer tawas dan tunjung.

Kata Kunci: Sabut Kelapa, Pewarna Alami, Kain Campuran Katun dan  polyester

Author Biographies

  • Endang Prahastuti, State University of Malang

    Dosen Pendidikan Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang

  • Tuwoso, State University of Malang

    Dosen Pendidikan Kejuruan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

References

A., M., U., U., & L., A. (2019). Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa (cocos nucifer L) dan Serat Tndan Kosong Kelapa Sawit (Elais Guineensis JACQ) sebagai Kombinasi Bahan Baku Pembuatan Papan Patikel. Ziraa’ah Majalah Ilmia Pertanian, 44(1), 106–114.

A., R. (2022). Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Sabut Kelapa Menjadi Cocofiber Menggunakan Metode SWOT dan QSPM. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

A.A., L. (2013). Laporan Praktikum Identifikasi Serat Tekstil Uji Pembakan dan Uji Berat Jenis. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.

A.K., N., C.W., H., & F., I. (2022). Pembuatan Motif pada Kerudung Pasmina dengan Teknik Ecoprint.

E. Kasmuadjiastuti. (2014). Karakteristik Kulit Kayu Tingi (Careops tagal) sebagai Bahan Penyamak Nabati.

E., T. (2017). Pemanfaatan Bau Sabut Kelapa (cocos nucifera L) dan Pengaruh Penambahan Sikacim Concrete Additive pada Pembuatan Batako. Universitas Sumatera Utara.

M, B., A.P, S., & P.F, N. (2018). Penelitian Serabut Kelapa Sebagai Material Lantai Ecofriendly dan Biodegradable. 6(2), 431–436.

N., F. (2007). Teknik Eksplorasi Zat Pewarnaan Alami dari Tanaman di Sekitar Kita Untuk Pencelupan Bahan Tekstil. Universitas Negeri Yogyakarta.

Noerati, M., I., A., S., & Gunawan. (2013). Teknologi Tekstil.

P, A. (2008). Pra. Rancangan Pabrik Pencelupan Kain Campuran Polyester-Kapas (T/C) Menggunakan Zat Warna Dispersi-Reaktif Dengan Kapasitas 21.400.000 Yards/Tahun. Universitas Islam Indonesia .

Downloads

Published

2025-05-02

How to Cite

INOVASI PEWARNA ALAMI: MEMANFAATKAN SERAT KELAPA MUDA SEBAGAI PEWARNA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK KAIN POLYCOTTON . (2025). Jurnal Da Moda, 6(2), 140-147. https://doi.org/10.35886/damoda.v6i2.1383